Sebagai agama yang
sempurna, Islam secara total mengatur hubungan antara makhluq dan Sang
Khaliq, antara sesama makhluq, baik manusia dengan manusia maupun
manusia dengan alam sekitarnya.
Kualitas hubungan antara manusia adalah refleksi dari kualitas hubungan manusia dan Tuhannya. salah satunya adalah kualitas amanah.
Kata al-amanah yang secara bahasa berarti ‘ jujur’ dan ‘lurus’,
memiliki arti syariat sebagai “sesuatu yang harus dijaga dan disampaikan
kepada yang berhak menerimanya”.
Macam-macam amanah
Syekh Muhammad Abduh dalam tafsirnya membagi tingkatan amanah menjadi tiga.
1. Amanah hamba kepada Allah. yaitu, menepati janji
mereka untuk menaati semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Seorang hamba, yang amanah kepada Sang Khaliq, akan menggunakan hati
nurani dan anggota tubuhnya untuk hal-hal yang bermanfaat baginya untuk
mendekatkan diri kepada Allah. baginya, maksiat dan dosa adalah
pengkhianatan terhadap Allah swt.
2. Amanah hamba kepada sesamanya. yaitu, menjaga
sesuatu yang diterima dan menyampaikannya kepada yang berhak menerima.
Orang yang dititipi barang atau pinjaman wajib menyerahkan kembali
kepada pemiliknya dalam keadaan seperti semula.
Bahkan pada saat ia diamanati suatu rahasia maka wajib menjaga rahasia itu dari kebocoran. Amanah semacam
ini juga, menurut Imam A-Razi, mencakup kejujuran para penguasa dan
ulama dalam membimbing masyarakat. Oleh karena itu, pemimpin yang culas,
ulama yang mengajak masyarakat kepada kebatilah, serta suami istri yang
menceritakan rahasia pribadinya adalah pengkhianat.
Rasulullah saw bersabda,” Tanda-tanda Munafik ada tiga, Jika berbicara dusta, Jika berjanji ingkar, dan jika diberi amanah khianat”.
3. Amanah hamba kepada dirinya sendiri.
Allah membekali manusia dengan anugrah akal untuk membedakan antara yang
hak dan batil. Oleh sebab itulah manusia menjadi makhluq Allah yang
paling mulia. Ia tidak boleh memilih sesuatu untuk dirinya, kecuali yang
paling bermanfaat menurut agama serta kemanfaatan dunia.
Termasuk juga bersifat amanah adalah
orang yang menjaga dirinya dari sebab-sebab kematian yang ditimbulkan
oleh penyakit ataupun bencana alam. Kehidupan ini adalah amanah yang
Allah titipkan kepada kita agar kita merawatnya dengan sebaik mungkin.
Lalai dalam menyikapi nikmat hidup sama artinya mengkhianati amanah Allah.
Pengaruh kualitas amanah juga amat penting dalam penegakan hukum di
kancah sosial. Allah dalam surat An Nisa ayat 58, memerintahkan
hamba-Nya untuk menunaikan amanah, karena merupakan sumber keadilan
dalam menetapkan suatu hukum.
Selain hal tersebut di atas amanah dalam wawasan ke Islaman ruang lingkupnya terdiri dari :
Amanah Fitrah. Dalam fitrah ada
amanah. Allah menjadikan fitrah manusia senantiasa cenderung kepada tauhid,
kebenaran, dan kebaikan. Karenanya, fitrah selaras betul dengan aturan Allah
yang berlaku di alam semesta. Allah swt. berfirman: “Dan ingatlah ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi.”
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan).” (Al-A’raf: 172)
Akan tetapi adanya fitrah bukanlah jaminan bahwa setiap orang akan selalu
berada dalam kebenaran dan kebaikan. Sebab fitrah bisa saja terselimuti
kepekatan hawa nafsu dan penyakit-penyakit jiwa (hati). Untuk itulah manusia
harus memperjuangkan amanah fitrah tersebut agar fitrah tersebut tetap menjadi
kekuatan dalam menegakkan kebenaran.
Amanah Taklif Syar’i (amanah yang diembankan
oleh syari’at). Allah swt. telah menjadikan ketaatan terhadap syariatnya
sebagai batu ujian kehambaan seseorang kepada-Nya. Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan fara-idh (kewajiban-kewajiban), maka
janganlah kalian mengabaikannya; menentukan batasan-batasan (hukum), maka
janganlah kalian melanggarnya; dan mendiamkan beberapa hal karena kasih sayang
kepada kalian dan bukan karena lupa.” (hadits shahih)
Amanah menjadi bukti keindahan Islam. Setiap
muslim mendapat amanah untuk menampilkan kebaikan dan kebenaran Islam dalam
dirinya. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menggariskan sunnah yang
baik maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang rang yang mengikutinya
tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.” (Hadits shahih)
Amanah Dakwah. Selain melaksanakan ajaran
Islam, seorang muslim memikul amanah untuk mendakwahkan (menyeru) manusia
kepada Islam itu. Seorang muslim bukanlah orang yang merasa puas dengan
keshalihan dirinya sendiri. Ia akan terus berusaha untuk menyebarkan hidayah
Allah kepada segenap manusia. Amanah ini tertuang dalam ayat-Nya: “Serulah ke
jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat yang baik.” (An-Nahl: 125). Rasulullah
saw. juga bersabda, “Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan usaha
Anda, maka hal itu pahalanya bagi Anda lebih dibandingkan dengan dunia dan
segala isinya.” (al-hadits)
Amanah Untuk Mengukuhkan Kalimatullah di Muka Bumi.
Tujuannya agar manusia tunduk hanya kepada Allah swt. dalam segala aspek
kehidupannya. Tentang amanah yang satu ini, Allah swt. menegaskan: “Allah telah
mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh
dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wahyukan
kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kalian
berpecah-belah tentangnya.” (Asy-Syura: 13)
Amanah Tafaqquh Fiddin (Mendalami Agama).
Untuk dapat menunaikan kewajiban, seorang muslim haruslah memahami Islam.
“Tidaklah sepatutnya bagi orang-orang yang beriman itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.” (At-Taubah: 122)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)
Rabu, 03 Oktober 2012
AMANAH DALAM ISLAM
01.28
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar